Dec 6, 2008

1. APA ITU APOLOGETIKA KRISTEN?


Apologetika Kristen: Tanggung Jawab Semua Anak Tuhan [Point 1-6] / Dr Rahmiati /VERITAS 6/2 (Oktober 2005) 229-238.

1. Apologetika berasal dari kata Yunani "apologia" yang berarti berbicara untuk memertahankan atau memberikan jawaban.1 Di dalam Kitab Suci, kata ini dipakai dalam konteks 1 Petrus 3:15-16: "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab (apologia) kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

2. Jadi, apologetika artinya adalah sebuah studi untuk mempelajari bagaimana melaksanakan pertanggungan jawab, memertahankan, atau memberikan jawaban dari apa yang ia yakini dengan efektif.2 Lalu, apa artinya apabila kata apologetika dikaitkan dengan kata Kristen?

3. Dari bagian Kitab Suci (1 Pet. 3:15) yang sama, yang umumnya dipakai sebagai dasar, muncul berbagai definisi apologetika Kristen yang dapat kita temukan di dalam buku-buku apologetika. Pertama, definisi apologetika Kristen yang lebih menekankan pada memertahankan filsafat Kristen, seperti yang diungkapkan oleh Cornelius Van Til, di mana apologetika Kristen merupakan usaha untuk memertahankan filasafat Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk filsafat non-Kristen, atau memertahankan wawasan dunia Kristen secara keseluruhan, bukan poin-poin religius yang terbagi-bagi, abstrak, dan terisolasi satu dengan yang lain. Oleh karena itu, apologetika melibatkan argumentasi penalaran intelektual yang berkenaan dengan wawasan dunia Kristen.3 John M. Frame dan Edgar C. Powell4 membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (1 Kor. 15:1-11); pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16); dan penyingkapan, yaitu menyingkapkan kesalahan atau kesalahpahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1; 1 Kor. 1:18-2:16). Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya.

4. Kedua, apologetika Kristen yang dipahami sebagai usaha menyajikan bukti-bukti untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan Kitab Suci adalah benar. Fakta-fakta dan sejarah banyak berperan dalam pemahaman apologetika Kristen ini, seperti dapat dilihat dalam apologetika Kristen yang dikemukakan oleh Josh McDowell atau Paul E. Little.5 R. C. Sproul melihat apologetika Kristen ini sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain apa yang saya percaya dan mengapa saya mempercayainya. Hal ini dilakukan dengan memberikan argumentasi secara nalar yang disertai penyajian fenomena yang ada di dunia ini, di mana fenomena itu diakui sebagai wilayah netral. Wilayah netral merupakan daerah di mana semua orang bisa mengakui keberadaannya, mengenalinya, dan mengambil kesimpulan yang sama tentang fenomena tersebut, misalnya bunga mawar. Semua orang yang mengakui keberadaannya, bisa mengenalinya dan mengambil kesimpulan yang sama bahwa tumbuh-tumbuhan itu adalah bunga mawar. Dengan kata lain, melalui dunia dan segala isinya yang dikenali oleh semua orang, Sproul, melalui argumentasinya, mau membimbing orang-orang kepada siapa dan apa yang diberitakan oleh Kitab Suci.6

5. Sekarang penulis mengajak pembaca untuk melihat beberapa ayat di Alkitab dan menarik kesimpulan dari ayat-ayat itu. Dari percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di Matius 16:13-28, yaitu tentang isu siapakah Anak Manusia itu. Dalam Matius 16:23, Yesus berkata kepada Petrus, "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Tuhan Yesus dengan jelas memberikan indikasi bahwa Ia menghendaki sebutan atau status-Nya dipahami berdasarkan perspektif ilahi, bukan manusia (lih. juga 1 Kor. 1:18-2:16).

6. Matius 22:23-33 menyatakan bahwa orang-orang Saduki itu sesat oleh karena mereka tidak mengerti Kitab Suci, maupun kuasa Allah. Di Yohanes 8:37-47, Tuhan Yesus mengajarkan dengan jelas bahwa relasi yang benar akan diikuti oleh kehidupan atau perilaku yang sesuai dengan relasi tersebut: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham" (ay. 39). Lihat juga penjelasan Tuhan Yesus tentang pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik (Mat. 7:15-20), serta uraian Yakobus tentang iman yang menyelamatkan akan disertai dengan perbuatan yang selaras dengan iman tersebut, sebagai konsekuensi logis dari orang yang diberi anugerah iman yang menyelamatkan itu (Yak. 2:14-26). Petrus mengingatkan dalam suratnya bahwa setiap orang percaya harus selalu siap memberikan pertanggungan jawab kepada siapa saja, baik melalui kehidupannya maupun perkataannya (1 Pet. 3:15-17). Dari ayat-ayat di atas, penulis menyimpulkan bahwa apologetika Kristen: pertama, harus dilakukan oleh setiap orang Kristen yang seharusnya mengasihi Allah dan berusaha untuk hidup berkenan kepada Allah; kedua, apologetika Kristen adalah studi tentang usaha orang Kristen yang bermaksud untuk meyakinkan, menjelaskan, memberikan argumentasi dari perspektif ilahi tentang iman kristiani.