
1. Petrus mengawali perintah untuk selalu siap sedia memberi pertanggungan jawab kepada setiap orang dengan pernyataan: "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!" (1 Pet. 3:15a), dan mengakhiri perintah itu dengan kalimat: "... tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus menjadi malu karena fitnahan mereka itu" (1 Pet. 3:15b-16). Ayat-ayat itu berbicara tentang pola hidup, karakter, perilaku yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen. Berita yang disampaikan secara verbal harus selaras dengan berita yang disampaikan secara nonverbal.
2. Perintah itu dilaksanakan untuk kemuliaan Tuhan supaya orang yang diajak bicara, juga pada akhirnya dapat mempermuliakan Tuhan dalam hidupnya. Apabila itu dilaksanakan untuk kemuliaan-Nya, maka tidak boleh ada apa pun yang akan mencemarinya. Orang percaya berapologetika bukan untuk membuat orang lain malu, marah, bungkam seribu bahasa, atau kalah dalam berargumentasi. Bukan pula untuk mendemonstrasikan kelihaian, kecakapan, dan kefasihan lidah dalam berargumentasi. Tidak ada kemuliaan Tuhan yang akan terpancar dari semua itu. Pada dasarnya, berita yang disampaikan adalah kasih Tuhan kepadanya dan kepada orang yang sedang diajak bicara. Oleh karena itu, jangan sampai kasih Tuhan tidak dirasakan sama sekali atau tidak terlihat dalam proses penyampaiannya.
3. Memberikan pertanggungan jawab kepada setiap orang tidak selalu harus dalam bentuk percakapan. Pola hidup, pikiran, perilaku, perkataan, serta karakter orang yang berapologetika harus selalu siap menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang yang berada dalam kehidupannya, mulai dari rumah, tempat bekerja, sekolah, gereja, tempat bermain, tempat bersosialisasi, dan di mana saja ia berada. Dengan kata lain, ia harus menjadi garam dan terang di mana pun kita berada (Mat. 5:13-16; 2 Kor. 3:2).
4. Seorang penginjil Irlandia, Gypsy Smith, pernah mengatakan, "Ada lima Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan orang Kristen, dan sebagian orang tidak akan pernah mendengar empat Injil yang pertama."9 Dengan kata lain, apologetika sering kali dilihat terlebih dahulu sebelum didengar. Oleh karena itu, Kitab Suci memberikan gambaran yang jelas tentang seorang gembala yang merupakan seorang apologis: seseorang yang terlebih dahulu telah mengkhususkan hatinya bagi Kristus dan yang kemudian memberikan jawaban kepada penanya dan melakukannya dengan lembut dan hormat.