
1. Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku ....Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yangmengasihi Aku .... (Yoh. 14:15,21a)
2. Pertanyaan yang diajukan sebanyak tiga kali oleh Tuhan Yesus kepada Petrus setelah penyangkalannya adalah: "Apakah engkau mengasihi Aku?" (Yoh. 21:15, 16, 17). Mengapa itu yang ditanyakan oleh Tuhan Yesus, mengapa bukan "Apakah sekarang kamu sudah mengerti siapa Aku sebenarnya?" atau "Apakah kamu sekarang sudah sadar?" Rupanya di sini Tuhan Yesus mengajarkan satu dasar sebagai titik tolak yang sangat penting bagi seorang murid seperti Petrus. Pertanyaan itu berkaitan erat dengan pernyataan-pernyataan-Nya ini: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Mat. 16:24) dan bukankah hukum yang terutama adalah "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat. 22:37).
3. Pertobatan diawali dengan kesadaran bahwa "saya adalah orang berdosa dan saya memerlukan Kristus sebagai Juru Selamat saya." Pemuridan bertitik tolak dari "saya mengasihi Tuhan". Hal ini penting, karena Tuhan Yesus berkata, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Mat. 6:21). Dari bagian firman Tuhan yang sudah dikutip di atas, jelas bahwa Ia harus selalu menjadi "harta" atau segala-galanya bagi setiap orang percaya. Maka, apabila hati orang percaya sudah melekat pada Tuhan, ia akan selalu siap untuk melakukan apa saja untuk Tuhan.
4. Setiap orang percaya diperintahkan untuk mengasihi Tuhan, dan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ia harus mengasihi Tuhan sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Termasuk dalam menjalankanperintah-Nya untuk selalu siap memberikan pertanggungan jawab kepada setiap orang. Oleh karena itu, ia harus mempelajari dan memahami kehendak-Nya. Hal ini tidak bisa terjadi apabila ia tidak pernah mempelajari firman Tuhan yang telah menyatakan kehendak-Nya kepada setiap orang percaya.
5. Seseorang yang mengasihi Tuhan akan selalu siap untuk melakukan apa saja bagi Dia. Mempelajari firman Tuhan untuk mengenal Dia semakin dalam dan benar, bukan merupakan suatu beban dan penuh dengan keterpaksaan. Melaksanakan firman Tuhan, apa pun risikonya tidak dilihat sebagai suatu pengorbanan, atau dilaksanakan dengan mentalitas orang upahan, karena ia melakukan semua itu hanya untuk satu tujuan, yaitu menyenangkan hati-Nya dan mempermuliakan nama-Nya. Kalau kasih kepada Tuhan secara totalitas sudah ada di dalam hatinya, maka apa yang akan dipaparkan berikut ini menjadi tidak sukar atau merupakan suatu beban. Semua akan dilihat sebagai sesuatu yang memang sewajarnya dijalankan oleh semua anak Tuhan. Seorang anak Tuhan yang hidup sesuai dengan statusnya, tidak berkelebihan, atau di luar batas kewajaran, sebab ini memang sudah sepatutnya dijalani oleh semua anak Tuhan, sebagaimana nasihat Paulus pada orang-orang percaya di Efesus, "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu." (Ef. 4:1)